Menurut Les Giblin dalam buku Skill with People, menjadi pendengar yang baik itu bukan suatu kebetulan. Seperti halnya karakter yang terbentuk dari kebiasaan berulang –ulang,
begitu pula dengan kemampuan mendengar dengan hati. Artinya,bagi Anda yang selama ini lebih menggunakan mulut dibanding telinga masih mungkin berbenah diri asal mau menjalankan tips berikut ini:
1. Menatap Lawan Bicara. Mungkin selama ini Anda segan menatap lawan bicara bukan karena acuh atau takut, tapi karena semenjak kecil Anda diajari oleh orang tua bahwa menatap mata lawan bicara adalah tindakan tidak sopan yang sebisa mungkin harus dihindari. Tapi, tahukah Anda, bahwa ‘doktrin’ tersebut tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya, menatap lawan bicara merupakan wujud penghormatan Anda kepada mereka. Karena pada dasarnya, siapapun yang berharga untuk didengarkan, berharga untuk ditatap. Lagipula, coba bayangkan bila Anda berada di posisi mereka, apa enaknya berbicara dengan lawan bicara yang matanya ‘belanja’ ke mana-mana.
2. Mencondongkan Badan ke Arah Lawan Bicara dan Mendegarkan Penuh Perhatian. Sudah menjadi rahasi umum bica mencondongkan tubuh kea rah lawan bicara kerap diartikan bahwa Anda memiliki ketertarikan pada topic yang sedang dibahas dan tak ingin kehilangan satu kata pun dari mereka. Konon, semakin Anda membuat seseorang merasa penting, makin besar pula respect mereka kepada Anda. Nah, tidak ada salahnya bila mulai sekarang belajar mencondongkan badan ke arah lawan bicara. Tapi hati-hati, jangan sampai terlalu condong, karena bisa jadi lawan bicara Anda justru jadi takut dan tidak nyaman.
3. Ajukan Pertanyaan. Mungkin, Anda berpikir bahwa menjadi pendengar yang baik itu tak perlu mengajukan pertanyaan, cukup memasang terlinga dan sesekali menggumam “uhmm” atau mengangguk-anggukkan kepala. Memang hal ini tidak salah. Tapi, tahukah Anda bahwa dengan mengajukan pertanyaan justru membuat lawan bicara tahu kalau Anda benar-benar mendeganrkan. Konon, mengajukkan pertanyaan merupakan bentuk penghormatan atau sanjungan terbaik bagi lawan bicara. Seperti kata Les Giblin, “Mengetahui apa yang orang inginkan adalah dengan bertanya, melihat dan mendengarkan mereka, ditambah usaha untuk mengetahuinya.” Yang harus diingat, ajukan pertanyaan di sat yang tepat dan jangan terkesan mencecar. Kalau pun pada akhirnya lawan bicara tak berniat menjawab pertanyaan yang Anda ajukan, tak perlu “mengejar” apalagi memasang muka cemberut. Ingat, Anda bukan sedang mewawancarai calon karyawan atau memburu bahan gossip!
4. Ikuti Topik Lawan Bicara, Jangan Memotong atau Menyela. Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan tertarik pada diri mereka sendiri, bukan pada orang lain. Karena, sebelum menjadi pendengar, pikirkan terlebih dahulu aturan penting dalam seni mendengarkan ini pada diri Anda. Jangan pernah memotong apalagi mengubah topic yang sedang disampaikan lawanbicara. Biarkna mereka menyelesaikan cerita mereka, tak peduli betapa tidak sabarnya Anda untuk segera berganti topic pembicaraan. Tahan juga hasrat untuk memberikan jawaban berdasarkan pengalaman pribadi Anda. Karena, sekali Anda ‘kelepasan’, biasanya Anda justru mengambil alih pembicaraan. Lebih baik, berika respon yang lebih obyekstif dan lebih menyentuh emosional lawan bicara agar ia makin merasa bahwa Anda benar-benar peduli padanya.
5. GUnakan Kata-Kata Lawan Bicara, “Anda” dan “Milik Anda”. JIka selama ini ANda tergoda untuk menggunakan “aku”, “gue” dan “milikku”, maka mulai sekarang belejarlah untuk mulai mengurangi penggunaan kata-kata tersebut dan mulailah belajar menggunakan kata “kamu”, ”Anda”, “Milikmu”. Karena bila tidak, sama artinya Anda memindahkan focus pembicaraan pada diri Anda dan bukannya lawan bicara. Dan itu adalah berbicara, bukan mendengarkan. Akan terasa berat awalnya, apalagi bagi Anda yang biasa memfokuskan segala hal pada diri sendiri. Tapi tenang saja, balasannya setimpal. Konon, mereka yang mampu menjadi pendegar yang baik lah yang mampu menarik simpati orang lain, disbanding mereka yang jago berbicara. Jadi, selamat mencoba!
begitu pula dengan kemampuan mendengar dengan hati. Artinya,bagi Anda yang selama ini lebih menggunakan mulut dibanding telinga masih mungkin berbenah diri asal mau menjalankan tips berikut ini:
1. Menatap Lawan Bicara. Mungkin selama ini Anda segan menatap lawan bicara bukan karena acuh atau takut, tapi karena semenjak kecil Anda diajari oleh orang tua bahwa menatap mata lawan bicara adalah tindakan tidak sopan yang sebisa mungkin harus dihindari. Tapi, tahukah Anda, bahwa ‘doktrin’ tersebut tidak sepenuhnya benar. Kenyataannya, menatap lawan bicara merupakan wujud penghormatan Anda kepada mereka. Karena pada dasarnya, siapapun yang berharga untuk didengarkan, berharga untuk ditatap. Lagipula, coba bayangkan bila Anda berada di posisi mereka, apa enaknya berbicara dengan lawan bicara yang matanya ‘belanja’ ke mana-mana.
2. Mencondongkan Badan ke Arah Lawan Bicara dan Mendegarkan Penuh Perhatian. Sudah menjadi rahasi umum bica mencondongkan tubuh kea rah lawan bicara kerap diartikan bahwa Anda memiliki ketertarikan pada topic yang sedang dibahas dan tak ingin kehilangan satu kata pun dari mereka. Konon, semakin Anda membuat seseorang merasa penting, makin besar pula respect mereka kepada Anda. Nah, tidak ada salahnya bila mulai sekarang belajar mencondongkan badan ke arah lawan bicara. Tapi hati-hati, jangan sampai terlalu condong, karena bisa jadi lawan bicara Anda justru jadi takut dan tidak nyaman.
4. Ikuti Topik Lawan Bicara, Jangan Memotong atau Menyela. Pada dasarnya setiap orang memiliki kecenderungan tertarik pada diri mereka sendiri, bukan pada orang lain. Karena, sebelum menjadi pendengar, pikirkan terlebih dahulu aturan penting dalam seni mendengarkan ini pada diri Anda. Jangan pernah memotong apalagi mengubah topic yang sedang disampaikan lawanbicara. Biarkna mereka menyelesaikan cerita mereka, tak peduli betapa tidak sabarnya Anda untuk segera berganti topic pembicaraan. Tahan juga hasrat untuk memberikan jawaban berdasarkan pengalaman pribadi Anda. Karena, sekali Anda ‘kelepasan’, biasanya Anda justru mengambil alih pembicaraan. Lebih baik, berika respon yang lebih obyekstif dan lebih menyentuh emosional lawan bicara agar ia makin merasa bahwa Anda benar-benar peduli padanya.
5. GUnakan Kata-Kata Lawan Bicara, “Anda” dan “Milik Anda”. JIka selama ini ANda tergoda untuk menggunakan “aku”, “gue” dan “milikku”, maka mulai sekarang belejarlah untuk mulai mengurangi penggunaan kata-kata tersebut dan mulailah belajar menggunakan kata “kamu”, ”Anda”, “Milikmu”. Karena bila tidak, sama artinya Anda memindahkan focus pembicaraan pada diri Anda dan bukannya lawan bicara. Dan itu adalah berbicara, bukan mendengarkan. Akan terasa berat awalnya, apalagi bagi Anda yang biasa memfokuskan segala hal pada diri sendiri. Tapi tenang saja, balasannya setimpal. Konon, mereka yang mampu menjadi pendegar yang baik lah yang mampu menarik simpati orang lain, disbanding mereka yang jago berbicara. Jadi, selamat mencoba!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar